Tujuan Nasehat, adalah menyampaikan sesuatu
kepada audien (pendengar) agar si pendengar dapat merubah sikap, perilaku, pola
pikir hingga bisa membedakan antara benar dan salah, baik dan buruk, halal dan
harom, pahala dan dosa, surga dan neraka. Atau dengan kata lain, nasehat adalah
menghendaki terwujudnya suatu kebaikan kepada orang lain:
Dasar-dasar Nasehat:
1. Seni berbicara fungsinya adalah untuk menguasai audien, seperti:
a. Retorika adalah seni berbicara dalam nasehat yang bombastis.
b. Langgam adalah bentuk irama, lagu dalam nasehat.
c. Intonasi adalah nada lagu, tinggi rendah suara.
2. Harus dapat menyampaikan materi nasehat dengan simpatik, menarik, beralasan dan meyakinkan.
1. Seni berbicara fungsinya adalah untuk menguasai audien, seperti:
a. Retorika adalah seni berbicara dalam nasehat yang bombastis.
b. Langgam adalah bentuk irama, lagu dalam nasehat.
c. Intonasi adalah nada lagu, tinggi rendah suara.
2. Harus dapat menyampaikan materi nasehat dengan simpatik, menarik, beralasan dan meyakinkan.
3. PD, Percaya pada diri sendiri: Seorang penasehat harus merasa
yakin bahwa dirinya mampu memberikan
nasehat. Oleh karena itu hatinya harus teguh,
tenang serta tidak mudah terpengaruh oleh situasi atau audien
yang ada, dan upayakan jangan sampai terjadi
demam panggung atau gerogi.
I. Hal-hal yang Harus Diperhatikan:
- Berdo’alah terlebih dahulu sebelum berbicara dengan do’a:
Robbisyroh Lii Shodrii Wayas-sir Lii Amrii Wahlul ‘Uqdatam-mil Lisaanii Yafqohuu Qoulii.
Yang artinya: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku
dan mudahkanlah untukku urusanku, dan
lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka
dapat memahami / mengerti perkataanku”.
(QS. Thoohaa, Ayat: 25-28).
Alloohumma Alhimnii Rusydii Wa A‘idznii Min Syarri
Nafsii.
Artinya: “Ya Alloh, berilah aku ilham yang benar dan lindungilah aku dari kejelekannya diriku”.
(HR. Tirmidzi)
- Memberanikan diri, jangan bersikap ragu-ragu.
Sebelum berbicara upayakan terlebih dahulu mengambil nafas panjang sebanyak tiga kali untuk melancarkan peredaran darah, oksigen dalam paru-paru agar keadaan hati menjadi tenang.
Artinya: “Ya Alloh, berilah aku ilham yang benar dan lindungilah aku dari kejelekannya diriku”.
(HR. Tirmidzi)
- Memberanikan diri, jangan bersikap ragu-ragu.
Sebelum berbicara upayakan terlebih dahulu mengambil nafas panjang sebanyak tiga kali untuk melancarkan peredaran darah, oksigen dalam paru-paru agar keadaan hati menjadi tenang.
Pandangan mata upayakan sesekali menghadap lurus ke depan, ke
tengah, ke samping kanan, kesamping kiri, jangan hanya mendang ke atas atau ke
bawah saja dan hindari memandang langsung mata audien tetapi pandanglah bagian
kening atau ubun-ubunnya. Ini untuk menghindari atau menghilangkan perasaan
jatuh mental atau gerogi.
Harus mempunyai keyakinan bisa memberikan sesuatu ketegasan
kepada audien yang sok tahu / ngendasi / nyeruwing / saur manuk yang mungkin
dapat menyebabkan Anda menjadi gerogi atau ngelantur.
II. Pengaturan Fisik dan Sikap Badan:
Berpakaian rapi, bersih dan sopan serta disesuaikan dengan situasi dan tempat.
Sikap badan harus tegap, tenang dan tata geraknya tidak berlebihan atau jangan diam saja.
Berpakaian rapi, bersih dan sopan serta disesuaikan dengan situasi dan tempat.
Sikap badan harus tegap, tenang dan tata geraknya tidak berlebihan atau jangan diam saja.
Raut wajah haus ceria, bersih dan tidak seperti orang yang
sedang ngambek, marah atau sedang bingung, tetapi bersikaplah tenang namun
meyakinkan walaupun terjadi suatu kesalahan atau kekeliruan.
III. Pengaturan Suara, Ucapan atau Bahasa:
Tata Bahasa yang akan diucapkan harus tersusun rapi. Jelas kata
demi kata yang diucapkan, usahakan memakai kata-kata yang mudah diterima,
dimengerti dan dipahami oleh audien.
Bahasa yang akan dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan
tingkat pendidikan atau pengetahuan audien.
Menjaga agar setiap kata-kata yang akan Anda sampaikan tidak
salah ucap dan tidak mendiskriditkan pemerintah, tidak menghasut, menyinggung
golongan lain atau jangan sampai menusuk perasaan orang lain.
Keras lemahnya suara harus Anda sesuaikan dengan besar-kecilnya
ruangan gedung serta banyak-sedikitnya jumlah audien.
Tekanan suara harus mantap dan bersemangat dan usahakan
kata-kata yang Anda ucapkan itu tidak hanya dapat dipahami oleh satu orang,
satu suku saja. Akan tetapi berpariasi dan bila perlu Anda beri penekanan. Agar
nasehat Anda lebih mantap maka Anda bisa memasukkan dalil-dalil yang tepat dan
akurat, atau bahkan Anda bisa membubuhinya dengan cerita-cerita, sehingga
nasehat Anda itu benar-benar dapat menarik audien lebih betah dalam
mendengarkan nasehat Anda. Buatlah bagaimana caranya agar audien bisa terpukau
/ kagum / ta’jub / heran.
Janganlah menahan suara, artinya berbicara tapi bibirnya tidak
bergerak, dan kata-kata yang Anda ucapkan itu harus jelas, jangan sengau
seperti orang bindeng, lagi flu, pilek.
IV. Persiapan Mental Hati:
Ini penting supaya Anda tidak mudah tersinggung atau naik darah
jika Anda melihat situasi ramai, gaduh yang menyebabkan dapat merubah acara
menjadi tidak hikmat. Maka cara mengatasinya adalah Anda bisa segera mengambil
sikap tegas untuk kembali menenangkan audien yakni dengan mengucapkan kata-kata
yang tegas, santun tapi wibawa. Jangan nggebrak meja atau marah-marah.
V. Penguasaan Bahan Nasehat:
Bagi Anda sebagai komunikator (Penasehat) harus benar-benar
menguasai bahan atau materi nasehat yang akan disampaikan kepada audien dan
Anda sesuaikan dengan tema nasehat.
Kata pendahuluan usahakan yang bisa membuat audien tertarik
untuk mendengarkan hingga mereka bisa penuh konsentrasi (perhatian). Anda bisa
pilih kalimat yang dapat menciptakan suasana yang baik dan dapat membuat hati
audien merasa butuh untuk mendengarkannya. Oleh karena itu Anda tentukan pokok
masalah yang menarik sehingga mereka merasa ada sesuatu yang baru dan penting
untuk didengarkan.
Menguaraikan materi atau isi nasehat sesuai dengan pokok nasehat
serta jelaskan mengenai basyiron wanadziron dan upayakan diberi landasan
hukumnya, gambaran, kisah / cerita para nabi, orang-orang sholih, cantolan
kepahaman, sairan, pantun nasehat, dan lain sebagainya. Dan cara menguraikannya
yang berurutan, tidak melompat-lompat.
Beri kesimpulan, artinya semua yang sudah Anda sampaikan dalam
nasehat Anda tadi sebaiknya Anda beri kesimpulan dan beri kesan terakhir yang
kemungkinan dapat membuat para audien terkesan bahwa isi nasehat tersebut baik
dan bermanfa’at.
Penutup. Sebaiknya nasehat yang sudah Anda sudahi Anda tutup
dengan ucapan terima kasih, do’a dan salam.






